Kamis, 09 September 2021

ELO 19



Kls 1 SMA sy duduk d baris plg blkg, brsama Hervin. Di dpn sy Chairul (Elo, org d foto ini) dan alm Sanimo. Kls 2 sy sebangku dg Elo, di paling blkg, pojok utara kanan kls. Prnah Pak Totok memindah siswa yg d blkg, tp kami b2 aman, krn kami ga rame. Hari pertama masuk kls 2 sy dtg terlambat, dan tiba2 satu kursi kosong sdh disiapkn oleh Elo utk sy.

Dulu 1998 ramai dg stiker Dewa 19. Elo minta tasnya digambar dg tulisan ELO 19, pake tipe-X. Krn tulisan sy bagus katanya.
Elo adl 1 diantara tmn ks 1.1 (dan 2.1) yg plg tau tujuan hidupnya. Ia, bersama Rizki, mmg hanya mencita2kan 1 hal: mjd polisi atau brimob. Kakak dan adik Elo semuanya polisi. Org spti sy tdk tau mau jd apa kelak, yg pnting kuliah.
Sjk 1998 sy dan Elo sdh tdk sekelas. Ia IPS, sy IPA. Akibatnya ia mencap sy sbg pgkhianat, krn dlm prgaulan sehari2 sy mmg berkhidmat utk ikut mrk di IPS. Pd hari pengumuman, guru memasukkan sy k IPA, dan sy diam2 senang. Mk sy terdepak dr pergaulan mrk 😃
Kalo skrg ad istilah bully, mgkn sy trmasuk korban bully terparah. Pelakunya ya Elo. Macam2 aksinya (gak usah diceritain). Tp sy bbrp kali juga ngerjai dia. Slh 1nya adl nulisi LKSnya dg tulisan gaya Pak Saleh (ekonomi, yg dikenal ga suka bercanda). Sy tulis "Belajar lbh rajin ya. Jgn nyontek sj". Membaca tulisan itu Elo pucat, smntara sy senyum sndiri.
Kalo olahraga sy biasa mandi d rmh dia. Sy sering pinjam kaset tape nya. Lagu2 barat biasanya. Diantara semua MP, dia paling jago d bhs inggris. Ketika ad tugas dr Bu Peni utk mmbuat cerita lucu dan membacakannya di kelas, mk kami bagi tugas. Sy yg buat cerita, Elo yg menginggriskan, dan dia pula yg baca d dpn. Ceritanya adl katak hendak jd lembu. Entah krn kualitas english yg buruk, atau cara bercerita Elo yg datar (bhkn horor), siang itu sekelas ga ad yg ketawa samasekali 😃 Sebaliknya, klo ad yg presentasi d dpn, kami ngakak, dan teriak kalo mrk "lucu banget". Tp ngakak kami palsu 😉
Saat pulang k kampung, sy sering ktmu Elo saat patroli. Dulu dia ga bisa motoran, skrg dia sdh bawa mitsubishi lancer hiu polisi.
Elo trmasuk yg awal2 nikah. Anaknya skrg kls 3 SMA. Ia minta saran pd sy utk kuliah anaknya. Sy sarankan jd polwan sj biar kyk ayahnya 😃

Pamekasan, 27 Mei 2021

JAYADI HATI

 oleh: Abdus Salim

Ada kawan yg bercerita bhw kawan sy yg lainnya mau brkt menimba ilmu ke USA, biasanya dia selalu berkabar jika akan menunaikan tugas mulianya......, seperti halnya bberapa tahun lalu saat pertama mau merantau ke Jakarta naik sepur (kereta), ia tak lupa mampir ke rumah bersilaturrahim dan memberitahu bhw utk bbrapa wkt akan bekerja disana. Tp mgkn saja kali ini ia lupa dan makin sibuk aja, tp tak apalah.....justru sy turut bangga. Kerendahan hatinya memang selalu membawanya mjd cah BEJO. Ke-ULET-annya memang mendatangkan kekuatan bg dia utk berproses di segala macam medan, menjelajahi wilayah dipelosok tanah air. Dan yg paling mengesankan tentu ke-LEGOWO-annya saat hrs mengalah memberi tempat dan kesempatan bagi kawan lainnya yg -maaf- memiliki keterbatasan fisik agar lbh dulu difasilitasi/diangkat menjadi DOSEN disebuah PTN, meski ia sendiri kapasitasnya sangat layak dipertimbangkan. Hingga pd akhirnya ia mdpt ganti tempat yg tentu jauh lbh menjanjikan dr ekspektasi sebelumnya, tentulah utk pengembangan dirinya ke depan. Saya cermati ia sejak awal dibangku kuliah maupun beraktivitas di organisasi, ia memupuk karakter positifnya dg sikap selalu mengalah pada teman dan sahabatnya......dan ternyata inilah kekuatannya, semakin byk ia "mengalah" makin JAYADI HATI teman dan sahabat2nya......goodluck, Jelajahilah dunia, kawan....!

Malang, 29 Mei 2015

LAPAR dan SAMPAR

 


"Ketika kami sdh berlayar ke tengah fjord, aku berdiri tegak, basah keringat, demam dan letih, menatap ke daratan, dan mengucapkan selamat tinggal kali ini ke Kristiania, kota dimana kaca-kaca jendela bersinar begitu cerah dari semua rumahnya." (Hamsun, 1890)
Menamatkan novel Lapar karya Knut Hamsun di masa pandemi itu luar biasa. Plot dan interaksi tokohnya yg minimal (gitu-gitu aja bolak-balik dari kos-taman-gadai-redaksi-jalan), dgn orang-orang itu aja (redaktur, ibukos, tukang gadai, penjual kue, polisi, gadis), juga setting Kristiania (Oslo) di masa lampau yg blm ada listrik atau kendaraan mesin, serta terjemahan dg tatabahasa lama yg kurang flowing buat sy, benar-benar membuat bosan jika ekspektasi kita adl konflik atau kalimat-kalimat puitis ala novelis bla bla bla.
Tapi Hamsun adl sastrawan terbesar Norwegia. Karyanya sgt layak dibaca. Ia peraih nobel sastra 1920. Sy tahu novel ini dari guru sy, Gus Fathur. Jk boleh membandingkan, novel ini mmg benar mengilhami novel puluhan tahun berikut berikutnya, yaitu Catcher in the Rye (1951) karya J.D. Salinger, dg gaya yg sama. Dialog batin yg dibangun serta "pencarian" sang tokoh utama, mirip. Endingnya sama-sama absurd. Tidak ad kisah sukses terjadi spti yg biasa diharap pembaca.
Tp novel spti Hamsun dan Salinger inilah yg justru menggerakkan pembaca sampai pd aktivitas ekstrim, sprti diceritakan salah satu pembacanya saat di penjara, David Chapman, yg mengaku menembak John Lennon pd 1980 krn terilhami oleh novel Salinger yg bercerita ttg pencarian eksistensi Holden Caulfield tsb.
Next: Sampar by Albert Camus Pamekasan, 7 Agustus 2021

DENI YASMARA: AGENT 001




Saya mengenal Deni pada tahun 2015 di acara kampus, dan menjadi akrab dengannya ketika kami sama-sama sebagai Tim Pendamping Kegiatan Kemahasiswaan (TPKK) Direktorat Kemahasiswaan (Dirmawa), Universitas Airlangga (Unair). Saya utusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) menggantikan Bu Widya, Deni utusan Fakultas Keperatawan (FKP). Deni ada di Dirmawa lebih dulu dari saya, sehingga saya banyak berguru padanya perihal kemahasiswaan.

TPKK menghandle hampir semua kegiatan mahasiswa universitas di luar akademik, mulai dari ospek (PPKMB), diklat kepemimpinan (LKMM), pembinaan ormawa (BEM dan UKM), LKTI (PKM, KBMI dan olimpiade), beasiswa sampai wisuda. Tiap TPKK memiliki fungsi sendiri. Saya misalnya pernah di kewirausahaan (KWU) dan beasiswa. Deni pernah di bidang prestatif dan ormawa. Namun kami semua hampir pasti terlibat dalam acara PKKMB, LKMM, PKM dan wisuda. Di tiap kegiatan Dirmawa, Deni selalu sbg paramedis, pemegang sah tas ransel obat P3K.
*
Agen 'Langley'
Kami semua ber-14, sesuai jumlah fakultas di Unair, plus PSDKU Banyuwangi. Deni memiliki sebutan khusus untuk para TPKK, yaitu agen. "Karena tugas TPKK yang multitasking, maka TPKK harus seperti agen CIA yang bisa semua hal, mulai penyamaran, perang, menulis laporan, negosiasi, mengkader, aksi balapan dll", candanya. Deni sering menyebut Dirmawa sebagai pentagon, sebuah ruangan di sudut tenggara rektorat lantai dasar.
Sebutan tersebut terilhami oleh film Bourne dimana Jason menjadi agen paling dicari, bahkan oleh CIA sendiri. Saking terobesinya pada film tersebut, Deni memberi nama beberapa kolega kami sesuai tokoh dalam sekuel Bourne, namun ini hanya diketahui oleh kami berdua. Sy sering sebut dia sbg Jason.
Setiap kali saya ikut mobil Deni, dia selalu seolah-olah sedang mengendarai Aston-Martin James Bond. Dengan kocak ia akan meminta saya untuk mengencangkan sabuk pengaman karena mobil akan melaju dengan kecepatan di atas 100 km/h karena BBM nya avtur. Atau ia akan menyebut bahwa fitur di mobil sudah digital otomatis dan beberapa device dipasang untuk keperluan keagenan.
*
Yovie & Tulus
Deni tergila-gila pada lagu pop manis ciptaan Yovie Widiyanto, baik yang dibawakan oleh Yovie N Nuno maupun oleh Kahitna. Untuk penyanyi baru, ia penyuka Tulus. Deni akan sangat komplit bercerita figur Tulus atau Raisa yang konser di kampus asal dgn tajuk coming home.
Setiap kami berkesempatan satu kamar di kegiatan LKMM, Deni selalu memenuhi kamar dengan lagu pop atau mensetting TV pd chanel lagu. Ia menafsirkan bait-bait, atau bercerita tentang video klip. Suaranya memang enak. Pas untuk lagu pop dan jazz.
*
Jokes dan Film
Di luar tampilannya yang casual, ternyata paling suka bercanda dan cerita humor. Yang paling sering dikutip adalah jokes dari Warkop DKI. Baginya Dono Kasino Indro adalah kampiun lawak. "Dengan satu kata saja, penonton bisa terpingkal-pingkal", katanya. Ia mencontohkan salah satu adegan film dimana Kasino memanggil salah satu peragawati untuk tampil dengan kalimat: 'Berikutnya adalah artis dari Ndiwek'. "Ini luar biasa Mas. Kasino mengucapkan Ndiwek persis seperti orang Jombang. Diwek Jombang dikenalkan ke publik oleh Kasino" kata Deni.
Hampir semua film baru ia tonton. Tak luput "DKI Reborn". Ia lalu mengulang kalimat "Jangkrik Bos" di kampus. Atau frasa-frasa lain di film itu. Tahun 2016 kami pernah mengagendakan nonton sekuel film Jason Bourne terakhir, tapi tidak jadi. Baru pada 2017 di PIMNAS Makasar saya nonton bareng dua kali dengannya. Satu di Studio XXI (bertiga saja dgn dr Bambang, film thriller), satu lagi di TSM XXI (serentak hampir semua TPKK, film action agen AS).
Sepulang nonton jangan tanya lagi apa yang dibicarakan. Kami bisa membahas film tersebut sampai 1 jam setelahnya. Mulai dari alur, tokoh, maupun sinematografi.
*
Foto, Kopi dan Fashion
Di TPKK, mungkin Deni yang paling aktif di IG. Setiap kali kami kegiatan, ia selalu memotret apapun, terutama makanan. Ia hobby plating. Makanan yang belum disantap, ditata dulu sedemikian rupa, lalu difoto, unggah.
Ia juga suka kopi. Di rumah ia punya banyak stok kopi nusantara. Baginya, kopi bukan hanya soal kebutuhan kafein untuk melek, tapi juga simbol ideologi ekonomi bangsa. Ia mencintai kopi nusantara karena itu wujud keberpihakan pada petani. Di Taiwan ia tampak memperkenalkan cara minum kopi terbalik ala Sumatera.
Sesuai tugasnya di kemahasiswaan, Deni selalu menjaga penampilan agar selalu fresh dan uptodate. Pergaulan dengan mahasiswa binaannya tidak hanya sekedar akademik, tapi juga studentship. Tahun 2017 ia menjadi pembina ormawa. Ia memegang penuh pengawasan terhadap student center. Ia sukses, bahkan sempat menulis buku tentang kegiatan kemahasiswaan. Salah satu tipsnya adalah menjaga penampilan untuk selalu selaras dengan mahasiswa.
*
Karya dan Prestasi
Diantara koleganya di FKP, Deni adalah salah satu yang berprestasi. Ia menulis buku "Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah" yang membuatnya sering road show ke beberapa rumah sakit di Jawa Timur. Tahun 2017 saya dan istri menemani Deni dan istri makan malam di Handayani Resto dan check in di Front One Hotel ketika keduanya hendak membedah buku tersebut di RSUD Pamekasan.
Terlalu banyak prestasi untuk dosen semuda Deni. Baik di akademik, maupun non akademik. Ketika prajab misalnya, ia tampil terbaik. Saat S3 di Taiwan ia juga banyak mendapat pujian dari teman kuliah, profesor, PPI, dan organisasi keagamaan. Deni mjd kader NU aktif di Taiwan.
Di Dirmawapun demikian. Deni andalan utk LKMM-TL, khususnya saat turun lapangan ke desa-desa di Trawas. Yg paling saya ingat adl soal pemberdayaan petani desa Ketapanrame pembudidaya ashitaba yg merupakan komoditas ekspor. Deni dgn dibantu Mas Kirom (manajer di Vanda Hotel langganan Dirmawa) dg mahir berkomunikasi dg kades atau tokoh desa utk kesuksesan materi-praktek manajemen isu publik.
*
Akhir Pertemuan
Tahun 2018 ia berangkat ke Taiwan untuk lanjut S3. Saat itu ia mundur dari TPKK dan diganti Bu Nadia. Saya masih di TPKK hingga awal 2020 dan diganti Pak Sunan. Saya tidak ingat persis kapan saya bertemu Deni. Kemungkinan adalah saat dia pulang ke Indonesia tahun 2019 untuk liburan.
Saya membaca status FB dan fotonya di dalam pesawat dengan latar tower Taipei 101. Ia menyebut kepal tangan, kewajiban, tugas bangsa, kesatuan dll. Saya menyapa di komentar, namun tidak ada balasan seperti biasa. Seminggu kemudian saya mendengarnya dirawat di RSKI Unair.
Tanggal 28 Juli saya vaksinasi tahap 2 di RSUA. Karena berdekatan jarak, saya ingin sekali berkunjung ke Deni. Namun mengingat intensifnya perawatan dan penjagaan di RSKI, saya urungkan niat. Saya berharap bisa bertemu dengan Deni kelak saat dia keluar dari RSKI.
Petang ini berita duka itu datang. Deni telah pergi. Saya menyesal tidak menyempatkan menjenguk minggu lalu, atau bahkan sekedar kirim berita via WA. Saya tidak akan pernah melihatnya lagi.
Saya, TPKK, FKP dan semua keluarga besar Unair sangat kehilangan Deni. Ia mungkin dosen muda paling populer (bersama Pak Pulung, TPKK dari FKM) di mata mahasiswa. Saya sejak lama sudah membayangkan bahwa sepulangnya kelak dari Taiwan, Deni akan aktif di direktorat tertentu, karena memang passionnya dalam bekerja, dan mengabdi, dengan mental prestatif.
Ia meninggalkan kenangan indah pada saya dan semua. Candaannya, senyumnya, suaranya, semangatnya, foto dan kata-kata motivasinya sangat membekas dan berkesan. Kelucuan, keriangan dan antusiasme Deni dapat dijejak di dua buah hatinya, Ghaida dan Mikala. Si bungsu sering ia sebut tiger (junior).
Semoga semua pengabdian serta transfer ilmu dan pengalamannya di Unair menjadi amal jariyah. Saya bersaksi bahwa Deni Yasmara adalah muslim-mukim yang baik.
Deni Yasmara.. Agent.. Tiger.. Kembalilah ke padang perburuan abadi.. Pamekasan, 7 Agustus 2021 Sumber: FB Deni Yasmara

Frekuensi


Atau apapun namanya, utk menamai sebuah keadaan dimana kita tersambung dg sebuah gelombang, apapun itu.
Contohnya begini, sy pernah dlm satu momen tahlil-yasin 40 hari berpulangnya kakek sy, tiba-tiba di tengah membaca ayat-ayat al-Qur'an sy merasa alm kakek sy ada di sekitar sy. Sy tdk berani membuka mata, krn takut momen itu hilang krn gangguan persepsi indra mata. Momen itu cukup lama, mungkin sekitar 2 menit. Tiba-tiba hilang. Tak ada lagi "kakek" sy di sekitar sy. Yg ada hanya keluarga yg ikut ngaji.
Pernah juga d thn 2008-an di saat sdg mendengar cerita ttg orang-orang tua, lalu sy merasa begitu dekat dg mbahti sy (nenek dari ayah sy). Beberapa detik sj, smpai sy menangis.
Pernah pula suatu mlm seorang tetangga bercerita ttg alm KH Hasyimi guru madrasah sy. Tiba-tiba paman itu berteriak "Ya Allah". Dia bilang "ada pak kyai di belakang sy barusan". Sy juga merinding.
Itu sy sebut menyatunya frekuensi antara kita dg seseorang yg tdk se alam dg kita. Mereka "hadir" dlm keberadaan kita. Entah dlm pikiran yg nyata, entah dlm perasaan, entah dlm penglihatan (yg ini tentu susah), entah pendengaran. Intinya, kita yg berbeda ruang dan waktu dg mereka, tiba-tiba bisa "bersua" dlm bbrp detik atau menit sj.
Sekian detik dalam 24 jam, diantara 12 bulan yg kita punya, belum tentu kita punyai kesempatan langka itu.
Hal lain ttg frekuensi tentu banyak. Tdk melulu perkara "pertemuan" kita dg mereka yg di alam lain. Bahkan dg diri kita sendiripun kita jarang menyatu. Ad yg menyebutnya khusyu', khidmat, hening, atau apapun kita sebutnya.
Banyak latihan diterapkan, baik yoga, meditasi, semedi, atau menyendiri di gunung, sungai, makam atau bahkan lautan. Solat sejatinya media utk menyatukan diri yg mikro dg Tuhan yg supermakro. Tapi kita jarang mencapainya (illa 'alal-khosyi'in). Karena jika kita bisa, maka masalah duniawi ini tak ada artinya. Yg berarti hanya keridoan ketika "bersama" Nya.
Menemukan frekuensi adl tugas berat. Saking beratnya, kita bahkan tak berada di dalamnya walau 1 menit di antara tahun-tahun yg kita miliki.
Sprti menemukan gelombang suara dari luar angkasa diantara jutaan gelombang yg ada di radio penangkap sinyal. Mungkin ia sesungguhnya ada di tiap detik dan lapis. Hanya saja kita jauh. Atau ketika dekat, kita tdk siap.
Saya ingat buku Celestine Prophecy karya James Redfield hadiah dari Mas Luthfi, yg berita ttg suku Maya di Peru yg mengihilang bersama dlm sebuah frekuensi waktu.
Sy juga ingat buku Sakral dan Profan karya Mircea Eliade, bahwa di dunia ini banyak tempat dan waktu yg sakral utk menangkap frekuensi. Axis mundi dan illud tempus. Kita bahkan membangun tempat khusus utk menyambut waktu khusus, baik di dalam rumah berupa altar atau di tengah hutan.
Kata Gie, ada orang yg "ziarah ke Mekkah". Kata Coelho, ad pula yg "menempuh jalur Santiago". Ada yg ke Yerussalem, ke Nepal, berdoa di pura atau candi, di gunung Kawi, dan sebagainya. Semua untuk menemukan frekuensi (saja).

Pamekasan, 10 Agustus 2021

SAMBANG-SAMBUNG (KKN-ALUMNI)




*

Sejak dilepas secara virtual pd 26 Juli lalu, KKN-BBM 64 Unair tlh berjalan 3 minggu, tinggal 1 minggu lagi utk berakhir. Sy mdpt tugas utk mjd dosen pendamping lapangan (DPL) kel 87 yg berlokasi di Desa Brumbun, Kec Wungu, Kab Madiun.
KKN-BBM ini sejatinya bisa dilakukan scr mix antara daring dan luring, meningat masa PPKM ini. Utk kel 87, sy membebaskan mrk mau mix atau full luring. Rupanya adik2 sy ini memilih luring dan lgsg on the spot. Semua tentu atas sepengetahuan LPPM (melalui koordinator 9 DPL kami, drg Yanti), serta para orangtua dari mhswa.
**



SAMBANG
Sedari awal sy sdh sampaikn pd agt kel 87 bhwa sy kelak pasti k lokasi, entah kpn. Rupanya kmrn (Sabtu, 14/08) adl hari tsb. Sy kbtln sdg ada keperluan k arah barat, jd mampir ke Madiun.
Desa Brumbun terletak di tenggara kota Madiun. Jarak 12km, ditempuh kurang lebih 20 menit dg motor. Sy diantar oleh adik sy, Supriyadi Kacong (dosen perikanan UB PSDKU Kediri), anak Pamekasan yg dpt istri org Madiun. Brumbun adl dataran tinggi. Udaranya sejuk, pertaniannya bagus, banyak pondok dan punya kuliner khas, sate-gule kambing muda.
Setiba di rumah basecamp, sy disambut oleh 7 agt kel 87. Mrk adalah Fiorentika (tuan rumah, kel 87 numpang d rmh Fio, Stat), Rizki (Stat), Milda (Jepang), Noval (Stat), Rasyida (Stat), Riko (Jepang), Hilmi (Stat). 3 org lagi termasuk ketua Andreanto (HI), Anastasya (Psiko) dan Hilmi (Psiko) msh di Sby dan akan hadir hr ini (15/08).
Sebanyak 3 dari 4 kegiatan yg diprogramkan, yaitu: english club, pembuatan video profil (budaya dan wisata) desa, dan siaga covid sdh berjalan. hanya 1 yg blm yaitu psikoedukasi yg akan dilaksanakan hari ini (Minggu).
English club disasar utk anak SD-SMP. Kegiatan ini dilaksanakan di basecamp dg bantuan multimedia. Menurut Noval kegiatan ini sukses. Antusiasme siswa meningkat, serta kemampuan english adik2 naik pesat. Model pembelajaran menggunakan kuis, dan speaking pd daily activity.
Siaga covid berupa kegiatan membantu pemerintah desa utk vaksinasi warga. Kel 87 membantu nakes di pendataan peserta vaksin. Fio mengatakan bhwa kegiatan ini diapresiasi tinggi oleh aparat desa krn kel 87 membuat alur proses vaksinasi mjd lbh efektif efisien.
Kegiatan profil desa dibuat dengan kombinasi data primer berupa pemotretan dan pengambilan video langsung serta data dokumenter berupa video acara adat desa dan data2 desa. Kegiatan ini dlm rangka branding Brumbun d dunia maya.
Psikoedukasi ditujukan juga pada siswa SD yg selama ini mengikuti KBM scr daring. Kegiatan ini ditujukan utk memberi fondasi psikologis pd anak yg selama masa pandemi tlh berkurang interaksinya dg sesama tmn sekelas di sekolah.
Sbg DPL, sy sgt surprised dg berjalannya acara kel 87. Mrk jg senang dikunjungi. Sy bawakan mrk oleh2 berupa softdrink, snack, susu, biskuit, mie instan dll.
Sy juga membawakan oleh-oleh utk kepala desa dan tuan rumah, berupa biskuit kecil. Pak Kades berterimakasih atas kunjungan kel 87 di desanya. Desa ini baru dikunjungi Unair kali ini. Kampus negeri lainnya yg pernah adl UTM Bangkalan dan IAIN Tulung Agung. Pak Kades berharap ad laporan visual dan lisan dari tim 87. Tim 87 siap utk hal itu di akhir sesi nanti (20/08).
***



SAMBUNG
Cerita lain dari kunjungan ini adl sebuah silaturahmi almamater. Ketika tiba di rumah Fio, sy melihat stiker lama bertulis IESP UB. Sy sendiri alumni sana. Sy bertanya pd Fio, siapa yg punya stiker itu. Rupanya ayahnya, angk 91, sy sndiri 99.
Pasutri Pak Sigit-Bu Nita akhirnya menemui sy. Rupanya Bu Nita jg alumni FE UB, jurusan Manajemen 91. Awalnya sy mau kulonuwun utk kel 87, jadinya malah bahas kampus kami di Malang. Banyak nama tokoh 91 yg sy kenal dan merupakan tmn Pak Sigit, diantaranya Prof Erani, Prof Khusaini, Pak Nurman, Pak Nanang, Pak Arif, Pak Bahtiar, Bu Nuraini dll.
Sy dan Bu Nita sesama alumni UKM Fordimapelar (Forum Studi Pengembang Penalaran). Sy masukkan Bu Nita d WAG Fordi UB. Teman2nya lgsg japri dan telp. Bu Nita yg sejak lulus tdk pernah kontak dg tmn2nya, hari ini mdpt bnyk telp dr tmn lama. Komunikasi lama tersambung kembali. Salah satu alumni Fordi jg adl Wabup Jombang, Sumrambah. Banyak jg dekan dan pejabat d UB yg alumni Fordi.
Pak Sigit sndiri prnah mjd ketua PSTD (pencak silat tenaga dalam, jk tdk salah). Ketika sy masuk UB 99, UKM PSTD (lebih dikenal sbg KATEDA) sdh tdk ada. Yg ada hanya tapak suci, angsa putih, PSHT dll. Pak Sigit bercerita prnah terlibat dlm kejadian terkenal di 1994, yaitu saat tanding silat, dia dikeroyok oleh murid2 silat lawanya. Kepalanya sore itu dijahit 9. Tapi hebatnya, bsok pagi dia sdh tanding lagi.
Sebelum balik Surabaya sy malah masih diajak makan siang di warung legendaris Brumbun. Menunya sate gule kambing muda. Obrolan kami selama makan banyak sekali, mulai dari rencana putri sulungnya (Fiorentina, kakak kandung Fiorentika) utk S2 Teknik Sipil, ttg pengajian NU, politik lokal, maupun tentang bisnis ayam pedaging.
****
'Ala kulli haal, kedatangan sy ke Brumbun kemarin tdk hanya sambang, tapi juga sambung. Tdk hanya dg anak KKN dan senior sy d UB, tapi jg dgn mantan bos sy (Kasubdit Dirmawa Unair) Pak Eko Siswantoro. Sy bertemu tdk sengaja di warung pecel legendaris kota Madiun.
Sblm ke warung pecel sy sambang-sambung juga 2 senior sy lainnya yaitu Mas Arinto dan Mas Syahbani. Mas Arinto pernah mjd TA di Kemendes PDT pusat, skrg peternak ayam pedaging skala sedang. Mas Syahbani analis kredit Bank Mandiri se Madura, sblmnya d Sby TP, Kandangan dll.
Sy balik Sby pkl 20.00 dg patas Restu Panda. Hanya ada 6 penumpang. Sy lelap tdk lama stlh bis masuk tol. 1,5 jam kemudian tiba-tiba sdh di Bungur. Sy solat isyak dan lanjut pulang ke Madura. Tiba di rmh pkl 02.00. Sy lgsg tidur nyenyak di sofa luar, dan bangun subuh pagi ini.
Hari yg panjang kawan...



NB:
sy ttp patuh prokes 5M. Foto tanpa masker adl foto bebas utk kepentingan dokumentasi pribadi Pamekasan, 15 Agustus 2021

Mas Tomy IMPULSE

 


Saya kenal Mas Gutomo Priyatmono saat jd peserta Sekolah Kritik Ideologi (SKI) Impulse thn 2011. Mas Tomy sbg direktur, pemateri sekaligus fasilitator di beberapa materi. Sy mjd peserta ala kadarnya, bolos d 1-2 materi. Di seleksi awal, dgn kesopanan yg tdk dibuat-buat dan kesantunan jawa tulen Mas Tomy meminta maaf jk Impulse tdk sebesar NGO spt yg sy bayangkan, pdhl bagi sy, Impulse dg kantor di belakang Kanisius itu sdh sangat 'wah'.
Pasca SKI, Mas Tomy mengajak sy editing dua buku karya dosen di Sulawesi yg sedang menyelesaikan doktoralnya di UGM. Buku itu diterbitkan Impulse Pintal dgn lancar. Selanjutnya Mas Tomy memberi kesempatan sy utk menyusun proposal kegiatan ttg civic citizenship. Proposal itu dibahas dgn pakar sosiologi kewarganegaraan tmn Mas Tomy. Lalu sy diajak ikut kegiatan Impulse di Perpus Kota Yogya dll.
Impulse pindah kantor sampai 4x jika tdk salah. Sy pernah berkunjung ke semuanya. Mulai yg di Kanisius, lalu Selokan Mataram (lantai dua sebuah ruko kecil), tak lama kemudian di Jakal, sebuah gang utaranya DD (disini Impulse sdh mengenalkan konsep angkringan). Terakhir saat sdh punya cafe sendiri, Anomie, di Condongcatur.
Dari tipikal ruang yg dipijaknya, Impulse bermetamorfosa dari murni office, lalu quasi bisnis, menjadi public dialectic sphere, dan skrg mjd urban working space. Mas Tomy sadar pentingnya ruang yg representatif utk persemaian ide. Ia memberi suasana yg layak bagi peserta, pemateri maupun pengunjung cafe. Struktur bangun Impulse-Anomie suportif dan menyatu dgn fungsinya sbg locus diskursus.
*
Mas Tomy bagi sy adl intelektual organik. Ia tdk hanya mengajak diskusi tapi juga berbuat nyata. Tdk hanya di kelas, tp lbh bnyk d komunitas epistemis. Saat konsep Anomie angkringan, ia memarakkan gerakan cinta kopi nusantara. Caranya, dgn mengundang siapa sj yg ign diskusi, membawa satu saset kopi instan, lalu ditukar dg segelas kopi tubruk nusantara. Ia memang rugi scr finansial, tapi ia sesungguhnya hanya ign memberi pesan bahwa kopi saset itu bukan kopi murni, dan sebagian besar bahannya adl impor dari Vietnam.
Thn 2018 ia sy undang ke Unair utk diskusi dan bedah bukunya, "Tumbal". Ia tdk hanya penulis yg baik, tp juga pembicara yg ulung, serta kreator kegiatan kreatif. Dari segelintir peserta, semua komentarnya sama, bahwa Mas Tomy runtut dlm menyampaikan persoalan pertanian di Indonesia. Tdk hanya soal aktor, tapi juga sejarah.
Seorang senior berkomentar, Mas Tomy orang hebatt. Seorang lagi bilang bhwa ia memiliki kepercayaan diri luar biasa. Ttg ini sy punya cerita sendiri. Dari sekian topik SKI, salah satunya adl ttg urban consumerism on coffee. Kita tdk diskusi di Impulse, tp d Starbuck Amplaz. Sy iseng tanya bgmn awalnya bisa kerjasama begitu. Staf Impulse cerita bhwa Mas Tomy mampu meyakinkan pihak Starbuck ttg pentingnya sinergi itu. Dan hasilnya, kami semua gratis menikmati kopi original sambil diskusi 3 jam.
*
Jk Impulse lbh banyak melahirkan lulusan "diklat", serta penulis alternatif, maka Anomie membantu lulusnya puluhan sarjan, magister dan doktor. Anomie mjd tempat tdk hanya sekedar ngopi, tapi juga membaca dan belajar. Tdk terhitung kelas yg dibuka di Anomie. Bisa dikata tiap minggu ada. Setiap isu baru dibahas. Jangankan isu Jogja spti film Tilik, isu luar negeripun diangkat.
Mas Tomy dan Anomie membuka sekat-sekat. Baik sekat institusi tempat belajar, sekat keilmuan, maupun sekat latar belakang sosial. Di Impulse kami tdk pernah bertanya kamu siapa-darimana, tapi kita membahas apa dan bagaimana.
Sy tdk tahu bgmn cara Mas Tomy membiayai kelas-kelas tsb. Dalam hitungan sy, tentu sulit utk profit. Tp mgkn itulah intelektual sejati, yg visi utamanya adl persemaian ilmu. Bhwa nanti ad hasil di balik kopi dan biaya kursus, mgkn hanya bonus.
Pernah Mas Tomy cerita bhwa berkah dari kelas kontinyu tiap pekan itu, dia dpt hibah dari Universitas Oregon sekitar 25.000 USD, untuk hanya menyelenggarakn diskusi kritis rutin ttg multikulturalisme dan pluralisme. Bagi sy ini gila. Hibah lainnya tentu tak terhitung, sprti dari Hivos dll.
*
Awal 2019 Mas Tomy meminta sy mengulas isi buku yg akan dia terbitkan. Dia kasih draft beberapa bab, tdk semua. Yang diminta tdk hanya sy, tp juga bbrp kolega dan alumni SKI. Sy menulis agak terlambat, dan tdk fokus ke isi draft, tp pd Impulse itu sendiri, krn bagi sy, perkumpulan ini unik. Tanpa sy duga, tulisan sy terpilih utk menjadi cover belakangnya.
Sjk lulus dari Jogja sy mmg bercita-cita ign membuat serupa Impulse di Surabaya, krn sbg kota besar, fenomena sosial yg bisa dikaji tak kurang-kurang. Sy sdh sampaikan k bbrp rekan sesama alumni UGM, mereka setuju. Tp selalu kendalanya adl soal waktu, visi, ruang dan uang. Menyamakan mimpi tdk hanya soal ilmu, tapi juga tempat yg kontinyu utk bertemu.
*
Siang tadi sy dpt pesan dari Prof Purnawan, bahwa Mas Tomy berpulang. Sy tdk mau percaya hal itu, krn kemarin sy lihat Mas Tomy sdh posting foto di Anomie, stlh ia bbrp minggu di RS. Tp apa daya, sy harus percaya realita. Mas Tomy telah pergi. Sy lanjutkn pesan k bbrp kawan, semua sama kagetnya.
Sy kira kehilangan ini tdk hanya oleh orang-orang terdekat terkasih, teman angkatan dan seperjuangan, tapi juga oleh Jogja dan dunia aktivis intelektual. Mas Tomy begitu luas pergaulannya, dari peneliti kesehatan, pertanian, hingga punk pantura. Selalu setiap kali kami membahas karut marut masalah Indonesia, misal hukum, politik atau ekonomi, ia pasti berkomentar begini: "Ngene iki Mas nek mikir negoromu. Ruwet. Ak sampe kudu diet khusus ben gak stroke."
Mas Tomy sjk sy kenal dulu mmg hati-hati dlm pola makan. Badannya tinggi besar. Ia rajin olah raga. Namun mgkn keseriusannya melakukan kajian kritis, atau membimbing mhsw doktoral (lintas ilmu lintas kampus), membuat pikirannya bnr-bnr terkuras. Konsumsinya benar-benar sehat. Ia telah mencoba, namun maut Kuasa Tuhan jua.
*
Dua bulan lalu sy bongkar-bongkar lemari. Sy nemu buku agenda semasa di Jogja. Disitu ada coretan materi SKI. Slh 1 yg plg berkesan adl materi Ki Wuryadi dari Taman Siswa, serta materi Mas Tomy sndiri, Kritik Ideologi. Sy ingin tunjukkan catatan itu ke Mas Tomy di FB atau WA, tapi selalu urung. Dan skrg sy hanya bisa menyesal krn sdh terlambat.
Andaipun Mas Tomy baca, sy tdk yakin bhwa hal itu berarti baginya. Tp sy yakin itu bisa sekedar membuatnya tersenyum. Ini menjadi pengingat bhwa ia sdh melangkah sejauh dan selama ini. Murid dan alumninya sdk tak terhitung banyaknya.
Coretan2 tersebut menjadi bukti bhwa Mas Tomy, Impulse dan Anomie ada utk menyeriusi masalah sosial. Objek bahasannya bisa jadi hal remeh-temeh, tapi pembahasannya selalu serius. Seserius wajah Mas Tomy saat menulis dan diskusi.
Selamat jalan Mas Tomy, pejuang di jalan sunyi. Pamekasan, 19 Agustus 2021 sumber foto; FB Mas Tommy